PEMERIKSAAN CACING TREMATODA PADA KEONG



PEMERIKSAAN CACING TREMATODA PADA KEONG



  



DISUSUN OLEH :
NURI DYAH AYU PITALOKA
G1B014062



KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKWERTO 
2015

A.      PENDAHULUAN

1.        Latar Belakang
Parasitologi ialah ilmu yang mempelajari jasad-jasad yang hidup untuk sementara atau tetap di dalam atau pada permukaan jasad lai dengan maksud mengambil makanan sebagian atau seluruhnya dari jasad itu (parasitos = jasad yang mengambil makanan ; logos = ilmu). (Sutanta, 2008)
Pada garis besarnya parasit pada manusia dan hewan dapat dikelompokan menjadi tiga golongan besar, yaitu protozoa, cacingdan arthropoda (serangga). (Soedarto, 2011)

Cacing yang penting bagi manusia terdiri dari dua golongan besar yaitu filum Platyhelmintes dan filum Nemathelmintes. Kelas Nematoda merupakan kelas yang penting dalam filum Nemathelmintes, sedangkan dalam filum Platyhelmintes terdiri dari 2 kelas yang penting, yaitu Cestoidea dan Trematoda. (Samidjo, 2001)
Menurut Sardjono, Winarsih, dan Khalidi (2006), Trematoda diketahui bisa menyebabkan penyakit infeksi pada manusia. Dalam siklus hidupnya, trematoda memerlukan hospes perantara untuk pertumbuhan dan perkembangannya, berupa Mollusca (biasanya kelas Gastropoda), orang awam biasanya menyebutnya degan siput atau keong. Siput atau keong dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan yang lembab atau berair.
Siput merupakan perantara (hospes) dari cacing trematoda yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada tubuh siput tersebut berkembang cerkaria yang pada waktu tertentu keluar mencari hospes untuk bertumbuh lebih lanjut. Apabila mendapatkan hospes maka mirasidium tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan dengan menembus kulit, selanjutnya akan masuk dalam pembuluh darah dan bertumbuh menjadi cacing dewasa (Hafsah, 2013).
2.        Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui adanya tidaknya infeksi larva cacing Trematoda pada sampel keong dan kraca yang diperiksa.

B.     METODE
1.        Metode Pemeriksaan
Dalam praktikum pemeriksaan cacing trematoda pada keong mas dan kraca ini digunakan metode pemeriksaan serkaria pada keong mas dan kraca dengan preparat basah. Prinsip yang dilakukan dalam praktikum ini adalah perkembangbiakan Trematoda dalam hati sampel ( berada pada segmen ketiga).
2.        Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a.       Object glass
b.       Cover glass
c.       Mikroskop
d.      Pisau
e.       Talenan
f.       Tisu
g.      Keong mas (Pomacea canaliculata)
h.      Kraca (Pila ampullaceae)
3.        Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan dalam pemeriksaan infeksi cacing Trematoda pada keong mas dan kraca ini adalah :
a.       Keong mas dan kraca diambil, lalu diletakan di atas talenan.
b.      Segmen ketiga dari belakang keong mas dan kraca dipotong hati-hati dengan pisau diusahakan agar cangkang tidak rusak.
c.       Lendir dari masing masing sampel dioleskan pada object glass yang berbeda.
d.      Masing-masing object glass ditutup dengan cover glass.
e.       Object glass diamati secara bergantian dibawah mikroskop.





C.    HASIL
Pada pemeriksaan keong mas (Pomacea canaliculata), kraca (Pila ampullaceae), didapatan hasil;

No
Spesimen
Hasil Pemeriksaan
1.
Keong Mas (Pomacea canaliculata)
Negatif
2.
Kraca (Pila ampullaceae)
Negatif

Dari praktikum yang dilakukan oleh kelompok saya didapatkan hasil negatif pada semua sampel, karena dalam pengamatan tidak ditemukan larva serkaria.





















D.    PEMBAHASAN
Dalam praktikum pembelahan keong mas dan kraca dengan metode preparat basah ini, dalam pelaksanaannya ditemukan beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut ;
1.      Kelebihan : alat yang digunakan sederhana, mudah dalam pelaksanaan, waktu yang digunakan sebentar.
2.      Kekurangan : saat memotong tiga segmen terakhir pada sampel membutuhkan kehati-hatian karena beresiko cangkang akan pecah.
Menurut Sardjono, Winarsih, dan Khalidi kemungkinan larva cacing yang ditemukan pada keong atau siput daerah persawahan adalah larva dari spesies Echinostoma sp, Schisthosoma sp dan Fasciola sp.
Dalam jurnal penelitiannya di Sulawesi, Irmawati dkk (2013)  mengemukakan bahwa berdasarkan hasil observasi, pada daerah ini terdapat persawahan yang cukup luas, irigasi, kolam, rawa, serta sungai yang merupakan habitat dari invertebrata air tawar, khususnya jenis-jenis siput dari phylum Mollusca.
Keong mas (Pomacea canaliculata) tergolong dalam famili Ampullaridae dan ordo Mesogastropoda. Cangkang keong mas berwarna kuning. Lingkaran (ubin) cangkang terdiri dari lima sampai enam buah dipisahkan dengan kedalaman yang disebut suture, bukaan cangkang (aperture) berbentuk panjang dan hampir bulat. Keong mas jantan memiliki aperture lebih bulat dari betina. Ukuran cangkang bervariasi dengan lebar 4-6 cm dan tinggi 4,5-7,5 cm. Operculum (tutup cangkang) umumnya tebal dan strukturnya berpusat di pusat cangkang. Oper-culum dapat ditarik masuk ke dalam aperture. Pada bagian kepala keong mas terdapat sepasang tentakel panjang berpangkal di atas kepala (Rusdy, 2010).
Keong sawah atau kraca (Pilla ampullaceal) adalah jenis siput air yang mudah dijumpai di perairan tawar Asia tropis, seperti di sawah, aliran parit, dan danau. Hewan bercangkang ini dikenal pula sebagai kraca, keong gondang, siput sawah, siput air, atau tutut. Bentuknya agak menyerupai siput murbai, tetapi keong sawah memiliki warna cangkang hijau pekat sampai hitam. Sebagaimana anggota Ampullariidae lainnya, ia memiliki operculum , semacam penutup/ pelindung tubuhnya yang lunakketika menyembungikan diri di dalam cangkangnya. (Muchsin dkk, 2010)
Dalam jurnal internasional dari Low E.Y (2013) beberapa spesies dari ampullariids telah dicatatkan dari Singapura, termasuk Pilla ampulaceal.
Menurut Irmawati (2013) adanya variasi jenis/famili larva cacingtrematoda dan prevalensinya pada setiap jenisgastropoda air tawar dapat dipengaruhi dengan bebagai macam faktor antara lain adanya sumber penularan berupa inang tetap yang sering mancari makan pada habitat air tawar serta penularan oleh hospes reservoir berbagai penyakit yang berupa hewan rodentia, selain itu prevalensi pada siput juga tergantung pada kesesuaian antara Gastropoda sebagai inang perantara yang tersedia dihabitat dengan telur atau mirasidium yang masuk pada siput tersebut.
Sedangkan dalam jurnal dari Widiastuti (2015) menjelaskan bahwa daur hidup trematoda sebagai berikut ; Telur Trematoda yang telah menetas di perairan akan menetas menjadi larva miracidium yang bersilia dan berenang di perairan kemudian dapat menginfeksi tubuh keong mas. Di dalam tubuh keong mas, miracidium akan berubah menjadi kantung-kantung panjang yang disebut sporokista yang kemudian berubah menjadi redia. Redia akan memperbanyak diri dan berubah menjadi larva stadium empat yang berekor disebut serkaria. Serkaria memiliki sebuah oral sucker dengan banyak papila dan oral aperture di tengahnya serta terapat ventral sucker dengan beberapa papila diskrit di tepi. Serkaria memiliki kelenjar penetrasi lateral dan kelenjar pre-acetabular, yang menyebabkan saluran-saluran daerah anterior membuka ke dalam saku anterior kecil. Sel-sel api serkaria terletak di lateral. Dalam tubuh serkaria, sel-sel somatik tampaknya memiliki metabolisme yang aktif, dengan retikulum endoplasma berkembang dengan baik, butiran sekretori, dan inti yang jelas.
Dalam pengamatan yang dilakukan tidak ditemukan serkaria seperti pada ciri-ciri di atas maka kemungkinan sampel yang digunakan tidak terinfeksi cacing Trematoda. Hasil negatif pada pemeriksaan yang telah dilaksanakan dapat disebabkan antara lain :
1.      Kemungkinan sampel keong mas dan kraca yang positif terinfeksi larva infektif adalah kecil, karena saat ini sawah dibajak menggunakan mesin bukan lagi dengan kerbau.
2.      Sampel keong mas atau kraca diambil dan disimpan terlalu lama sebelum praktikum.
3.      Kecerobohan praktikan dalam melakukan praktikum. Misalnya, kesalahan saat memotong segmen keong mas atau kraca.
4.      Kurangnya pemahaman praktikan pada bentuk morfologi larva  cacing Trematoda.
5.      Praktikan belum terlalu mampu untuk menggunakan mikroskop.

















E.     KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.    Hasil penelitian larva infektif pada keong mas (Pomacea canaliculata) dan kraca (Pilla ampullaceal) adalah negatif, karena tidak ditemukan adanya larva serkaria pada sampel tersebut.
2.    Keong mas (Pomacea canaliculata) dan kraca (Pilla ampullaceal) merupakan salah satu hospes perantara dari cacing Trematoda.

























DAFTAR PUSTAKA
Hafsah. 2013. “Karakteristik Habitat dan Morfologi Siput Ongcomelania Hupensis Lindoensis Sebagai Hewan Reservoir dalam Penularan Shistosomiasis pada Manusia dan Ternak di Taman Nasional Lore Lindu”. Jurnal. Manusia Dan Lingkungan, Volume 20(2): 144-152.
Irmawati, Achmad R, Sutrisnawati. 2013. “Prevalensi Larva Echinostomatidae pada Berbagai Jenis Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi Prevalence of Larval Echinostomatidae in Different Types of Freshwater Gastropoda in Dolo Kabupaten Sigi”. Jurnal. Prog. Studi Pend. Biologi. FKIP. Universitas Tadulako. Vol. 2 :1-6.
Low, E.Y Martyn,. Tan,. Ng, T.H. 2013. “Pila Conica (Wood, 1828), Or Pila Scutata (Mousson, 1848)?  The Correct Name For The Native Apple Snail Of Singapore (Gastropoda: Ampullariidae)”. Journal of National of University of Singapore. Vol. 6 : 55-60.
Muchsin, dkk. 2010. “Kepadatan Keong Pila ampullaceal di Areal Persawahan Pondok Hijau”. Laporan Praktikum Ekologi Hewan.
Rusdy, Alfian. 2010. “Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih Terhadap Mortalitas Keong Mas”. Jurnal. Floratek, 5: 172 – 180.
Samidjo, Djangkung. 2001. Parasitologi Medik I Helmintologi. Jakatra : Buku Kedokteran EGC.
Sardjono, Teguh Wahyu; Sri Winarsih, dan M. Rizqan Khalidi, 2006. “Larva Trematoda pada Berbagai Jenis Keong Persawahan di Daerah Blimbing Malang Jawa Timur dan Marampiau Rantau Kalimantan Selatan”. Jurnal.
Soedarto. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Sagung Seto.
Sutanta, Inge, dkk. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Widiastuti, R. Lusiana,. Norma, Afifi,. Niniek, Widyorini. 2015. “Struktur Populasi Dan Analisis Parasitologi Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck 1819) Di Desa Jabungan, Semarang Population Structure and Parasitology Analysis of Golden Snail (Pomacea canaliculata Lamarck 1819), Jabungan Village, Semarang”. Diponegoro Journal Of Maquares. Vol. 4 (1) : 150-158.
















LAMPIRAN

Description: G:\Laporan Parasitologi\Laporan 2\IMG-20140613-WA0015.jpg

Description: G:\Laporan Parasitologi\Laporan 2\IMG-20140613-WA0025.jpg
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMERIKSAAN TELUR CACING PARASIT PADA FESES (METODE APUNG DENGAN DAN TANPA DISENTRIFUGASI SERTA METODE MODIFIKASI HARADA MORI)

Rindu

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH TPA KALIORI BANYUMAS